Senin, 12 Januari 2015

Analisa Fenomena Sosial - Fenomena Curhat di Media Sosial oleh Kalangan Remaja



Fenomena Curhat di Media Sosial

23.33
Semua orang di dunia mengenal media sosial termasuk kita di Indonesia, bahkan katanya Indonesia adalah negara terbesar pengguna media sosial di dunia. Banyak hal yang bisa didapatkan di media sosial, dari mulai teman-teman lama yang tidak pernah bertemu, teman-teman baru, informasi-informasi penting, iklan, termasuk curhatan orang-orang yang punya akun di media sosial tersebut. Terkait dengan hal terakhir, kita bisa dengan mudah membaca curhatan orang-orang tentang apa yang mereka alami, dari mulai makanan yang mereka makan, foto-foto tempat dimana mereka berada, perasaan jatuh cinta, bahkan perasaan marah dan bencinya kepada orang lain. Kenapa ya, orang begitu mudahnya untuk mengutarakan isi hati di media sosial? Berikut alasannya
1.                  Jauh jadi dekat

Dengan adanya teknologi khususnya media sosial, kita bisa menjadikan jarak menjadi tidak masalah. Kita bisa memanfaatkan media sosial untuk bisa menyampaikan isi hati kita untuk orang-orang yang jauh dari kita secara jarak.
2.                  Bisa eksis
Ada tipe orang yang selalu ingin membuktikan eksistensi. Ia ingin terlihat eksis baik dengan menyampaikan isi hati, ia ada dimana, sedang makan apa dan hal-hal yang bagi orang lain sesuatu hal yang kurang penting. Satu sisi ini adalah ciri khas pribadi remaja dan satu sisi ini merupakan salah satu bentuk manusia untuk membuktikan diri yang oleh Maslow dikatakan sebagai tahap aktualisasi diri.
3.                  Bisa ngomong tanpa bertemu orang yang dituju
Ada tipe orang yang masih belum berani atau belum nyaman ketika ketemu langsung dengan orang yang ingin diajak ngobrol. Biasanya tipe orang seperti ini belum memiliki komunikasi secara asertif. Komunikasi asertif adalah cara berkomunikasi dengan konsep “win win solution”, bagaimana kita menyampaikan apa yang ingin kita sampaikan tanpa menyakiti hati orang lain dan tidak juga mengorbankan diri kita sendiri.
4.                  Bisa merasa lebih lega
Bisa ngomongin apa yang ingin kita sampaikan tentu akan membuat kita menjadi  lebih lega. Tapi pertanyaannya apakah ketika kita sudah mengatakan apa yang akan kita bicarakan tidak akan menyakiti orang lain. Tidak jarang kita melihat banyak orang “perang” di media sosial dengan saling membalas status atau pernyataan. Setelah itu konflik menjadi semakin memanas dan tidak jarang menimbulkan perkelahian bahkan masuk ke masalah hukum.

Bagaimana reaksi kita terhada curhatan di media sosial itu, semua pada akhirnya tergantung dari perasaan atau emosi yang kita rasakan disaat membaca pesan di media sosial. Jika saat itu perasaan kita dalam keadaan positif, maka kita akan cenderung merespon dengan biasa-biasa saja, begitu juga sebaliknya. Lalu apa yang bisa terjadi ketika kita menggunakan media sosial untuk curhat?
1.         Masalah tidak selesai
Masalah cenderung tidak tuntas ketika kita mengutarakan melalui media sosial, karena kita kesulitan berpikir jernih pada saat itu karena semua berganung keadaan emosi kita. akan lebih baik, jika kita bertemu langsung sehingga kita bisa melihat ekspresi satu sama lainnya dan ketika kita masih ragu untuk ketemu berdua untuk menyelesaikan masalah, bisa kok kita mengikutsertakan orang yang netral yang bisa memediasi komunikasi kita. Karena konflik semakin kompleks dalam persepsi kita, maka masalah akan semakin membesar dan bisa merembet ke banyak hal dan banyak orang. So bahaya banget ya media sosial ini untuk menyampaikan curhatan atau masalah.
2.         Yang dekat jadi jauh
Tanpa sadar ketika kita sibuk bercurhat di media sosial, kita lupa sedang bersama teman-teman, keluarga atau sahabat. Sehingga kita nggak bisa fokus untuk ketemu dengan mereka padahal kan tujuan kita gathering untuk bisa ketemu.


Sumber            :

Diakses pada   :
14 Desember 2014 , 09.00 WIB


Analisa :
Globalisasi membawa manusia pada suatu dunia tanpa batas dengan arus informasi yang cepat dan mengglobal. Globalisasi dunia memicu revolusi (bukan evolusi) di bidang teknologi dan komunikasi. Tantangan globalisasi pada perkembangan nya bagi generasi muda yang paling mengkhawatirkan adalah Situs Jejaring Sosial atau sosial media. Begitu banyak sosial media yang semakin populer di dunia maya dan hampir semua masyarakat mengerti. Mereka mungkin banyak yang hanya “mengerti” saja, dalam arti tidak “memahami” bagaimana sosial media digunakan dengan baik dan dimanfaatkan dalam segi positif. Sosial media dapat memicu berbagai bentuk penyalahgunaan bahkan hingga kejahatan yang melanggar undang-undang seperti penculikan dan pencemaran nama baik. Hal ini dapat terjadi jika pengguna tidak memahami dengan baik tentang penggunaan sosial media.
Namun yang akan saya anilisis disini yaitu lebih kepada penyalahgunaan media sosial oleh remaja yang lebih dilihat dalam konteks sosiologisnya. Memang banyak pengguna media sosial seperti facebook, twitter, my space, whatsapp, yahoo, dan sebagainya adalah remaja yang sedang dalam pencarian jati dirinya. Mereka rawan sekali terhadap berbagai perubahan yang ada karena remaja memang merupakan saat dimana terjadi emosi yang masih labil. Jika para remaja tidak diberikan perhatian yang maksimal serta pengetahuan yang memadai maka mereka akan melakukan berbagai hal sesuka hati mereka. Mereka bisa melakukan hal  yang seharusnya tidak dilakukan seperti contohnya mengumbar segala hal yang terjadi pada dirinya dan orang-orang disekelilingnya di sosial media mereka.
Remaja juga manusia yang memiliki dan mengalami masalah. Remaja juga memiliki beban pikiran. Namun disini apakah mereka harus meluapkan masalah atau bebannya di sosial media facebook? Mengapa mereka lebih percaya kepada dunia maya dibandingkan dengan dunia sosial nyata. Bukankah di media sosial berisi orang orang yang tidak seluruhnya dikenal. Disinilah muncul pertanyaan bagaimana sosialisasi yang seharusnya dilakukan mengenai penggunaan sosial media. Baik dari orang tua maupun lembaga pendidikan di luar rumah serta orang orang di sekitarnya harus dapat membimbing para remaja ini dalam berperilaku di dunia maya. Sungguh menyedihkan saat saya melihat status para remaja yang dengan gamblangnya curhat tentang dirinya, temannya, bahkan keluarganya. Seperti contohnya :
“Lagi sedih. Lagi sakit. Tapi gak ada yang peduli”
“Orangtua selalu ribut,  nggak betah dirumah”
Seperti itulah, ini sungguh terjadi. Terkadang fenomena seperti itu sering disebut “lebay” atau berlebihan oleh seseorang yang lebih memahami bagaimana seharusnya bersikap. Mereka tidak paham bahwa tulisan-tulisan mereka itu akan dibaca oleh masyarakat. Mereka yang membicarakan masalah keluarga dan teman-temannya sungguh tidak mencerminkan sikap menghargai privasi keluarga dan teman-temannya. Mungkin menurut remaja yang menjadikan media sosial sebagai pelampiasan emosinya itu dikarenakan dia kurang kasih sayang dan perhatian dari keluarganya sehingga tidak ada tempat untuk melampiaskan dan berbagi perasaannya kepada orang terdekatnya sehingga dia lebih nyaman untuk menuliskan isi hatinya. Disinilah dapat terlihat mengenai teori penyebab penyimpangan sosial yakni sosialisasi yang tidak sempurna. Orang tua tidak berperan secara optimal dalam mendidik dan mengayomi sang anak. Sosialisasi tentang nilai norma kurang tersampaikan sehingga anak tidak bisa memahami secara baik apa yang harus dilakukannya.
Karena dia tidak mendapatkan respon isi hatinya dari orang-orang sekitarnya ketika dia menuliskan uneg–unegnya kepada dunia maya. Mereka melakukan penyimpangan karena faktor “ingin diperhatikan”. Melalui statusnya, Mereka akan langsung mendapatkan respon bahkan dari orang yang tidak dia kenal sekalipun sehingga dia merasa diperhatikan padahal itu justru membahayakan untuk keselamatannya karena dengan menuliskan masalahnya pada jejaring sosial akan memberi peluang kepada orang asing untuk memasuki kehidupannya bahkan orang yg mempunyai niat jelek kapada dirinya. Masalah tidak kemudian akan selesai namun akan memunculkan berbagai masalah lain. Sebenarnya semua masalah bisa dicurhatkan atau disampaikan kepada orangtua, sahabat, dan teman-teman di dunia nyata di sekeliling mereka. Disinilah terlihat bahwa penting sekali orang tua memberi pengarahan dan perhatian bagi anak-anaknya sehingga sang anak merasa paham, nyaman, dan tidak harus mengumbar di sosial media. Peran temen-teman dan sahabat juga sangat diperlukan. Penting bagi remaja memiliki teman-teman dan sahabat yang bersedia untuk saling memberi dan berbagi.

Sikap yang perlu ditanamkan yaitu selalu berhati-hati dalam bermain di dunia maya. Kita harus dapat memilih mana yang baik dan yang buruk. Media sosial akan berrmanfaat jika digunakan untuk saling berbagi, bertukar informasi, berkomunikasi dengan baik, bekerjasama, dan sebagainya, bukan media untuk mengumbar hal pribadi yang tidak pantas untuk dilakukan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar