Fenomena Curhat di Media
Sosial
Semua orang di dunia mengenal media
sosial termasuk kita di Indonesia, bahkan katanya Indonesia adalah negara
terbesar pengguna media sosial di dunia. Banyak hal yang bisa didapatkan di
media sosial, dari mulai teman-teman lama yang tidak pernah bertemu,
teman-teman baru, informasi-informasi penting, iklan, termasuk curhatan
orang-orang yang punya akun di media sosial tersebut. Terkait dengan hal
terakhir, kita bisa dengan mudah membaca curhatan orang-orang tentang apa yang
mereka alami, dari mulai makanan yang mereka makan, foto-foto tempat dimana
mereka berada, perasaan jatuh cinta, bahkan perasaan marah dan bencinya kepada
orang lain. Kenapa ya, orang begitu mudahnya untuk mengutarakan isi hati di
media sosial? Berikut alasannya
1.
Jauh jadi dekat
Dengan adanya teknologi khususnya media sosial, kita bisa menjadikan jarak
menjadi tidak masalah. Kita bisa memanfaatkan media sosial untuk bisa
menyampaikan isi hati kita untuk orang-orang yang jauh dari kita secara jarak.
2.
Bisa eksis
Ada tipe
orang yang selalu ingin membuktikan eksistensi. Ia ingin terlihat eksis baik
dengan menyampaikan isi hati, ia ada dimana, sedang makan apa dan hal-hal yang
bagi orang lain sesuatu hal yang kurang penting. Satu sisi ini adalah ciri khas
pribadi remaja dan satu sisi ini merupakan salah satu bentuk manusia untuk
membuktikan diri yang oleh Maslow dikatakan sebagai tahap aktualisasi diri.
3.
Bisa ngomong tanpa bertemu orang yang dituju
Ada tipe
orang yang masih belum berani atau belum nyaman ketika ketemu langsung dengan
orang yang ingin diajak ngobrol. Biasanya tipe orang seperti ini belum memiliki
komunikasi secara asertif. Komunikasi asertif adalah cara berkomunikasi dengan
konsep “win win solution”, bagaimana kita menyampaikan apa yang ingin
kita sampaikan tanpa menyakiti hati orang lain dan tidak juga mengorbankan diri
kita sendiri.
4.
Bisa merasa lebih lega
Bisa
ngomongin apa yang ingin kita sampaikan tentu akan membuat kita menjadi lebih lega. Tapi pertanyaannya apakah ketika
kita sudah mengatakan apa yang akan kita bicarakan tidak akan menyakiti orang
lain. Tidak jarang kita melihat banyak orang “perang” di media sosial dengan
saling membalas status atau pernyataan. Setelah itu konflik menjadi semakin
memanas dan tidak jarang menimbulkan perkelahian bahkan masuk ke masalah hukum.
Bagaimana
reaksi kita terhada curhatan di media sosial itu, semua pada akhirnya
tergantung dari perasaan atau emosi yang kita rasakan disaat membaca pesan di
media sosial. Jika saat itu perasaan kita dalam keadaan positif, maka kita akan
cenderung merespon dengan biasa-biasa saja, begitu juga sebaliknya. Lalu apa
yang bisa terjadi ketika kita menggunakan media sosial untuk curhat?
1.
Masalah tidak selesai
Masalah
cenderung tidak tuntas ketika kita mengutarakan melalui media sosial, karena
kita kesulitan berpikir jernih pada saat itu karena semua berganung keadaan
emosi kita. akan lebih baik, jika kita bertemu langsung sehingga kita bisa
melihat ekspresi satu sama lainnya dan ketika kita masih ragu untuk ketemu
berdua untuk menyelesaikan masalah, bisa kok kita mengikutsertakan orang yang
netral yang bisa memediasi komunikasi kita. Karena konflik semakin kompleks
dalam persepsi kita, maka masalah akan semakin membesar dan bisa merembet ke
banyak hal dan banyak orang. So bahaya banget ya media sosial ini untuk menyampaikan
curhatan atau masalah.
2.
Yang dekat jadi jauh
Tanpa sadar
ketika kita sibuk bercurhat di media sosial, kita lupa sedang bersama
teman-teman, keluarga atau sahabat. Sehingga kita nggak bisa fokus untuk ketemu
dengan mereka padahal kan tujuan kita gathering untuk bisa ketemu.
Sumber :
Diakses pada :
14 Desember 2014 , 09.00 WIB
Analisa :
Globalisasi membawa manusia pada suatu dunia tanpa batas dengan arus
informasi yang cepat dan mengglobal. Globalisasi dunia memicu revolusi (bukan evolusi) di bidang teknologi dan komunikasi. Tantangan globalisasi pada perkembangan nya bagi generasi muda yang paling mengkhawatirkan adalah Situs Jejaring
Sosial atau sosial media. Begitu banyak
sosial media yang semakin populer di dunia maya dan hampir semua masyarakat
mengerti. Mereka mungkin banyak yang hanya “mengerti” saja, dalam arti tidak
“memahami” bagaimana sosial media digunakan dengan baik dan dimanfaatkan dalam segi
positif. Sosial media dapat memicu berbagai bentuk penyalahgunaan bahkan hingga
kejahatan yang melanggar undang-undang seperti penculikan dan pencemaran nama
baik. Hal ini dapat terjadi jika pengguna tidak memahami dengan baik tentang
penggunaan sosial media.
Namun yang akan saya anilisis disini
yaitu lebih kepada penyalahgunaan media sosial oleh remaja yang lebih dilihat
dalam konteks sosiologisnya. Memang banyak pengguna media sosial seperti
facebook, twitter, my space, whatsapp, yahoo, dan sebagainya adalah remaja yang
sedang dalam pencarian jati dirinya. Mereka rawan sekali terhadap berbagai
perubahan yang ada karena remaja memang merupakan saat dimana terjadi emosi
yang masih labil. Jika para remaja tidak diberikan perhatian yang maksimal
serta pengetahuan yang memadai maka mereka akan melakukan berbagai hal sesuka hati
mereka. Mereka bisa melakukan hal yang
seharusnya tidak dilakukan seperti contohnya mengumbar segala hal yang terjadi
pada dirinya dan orang-orang disekelilingnya di sosial media mereka.
Remaja juga manusia yang memiliki
dan mengalami masalah. Remaja juga memiliki beban pikiran. Namun disini apakah
mereka harus meluapkan masalah atau bebannya di sosial media facebook? Mengapa
mereka lebih percaya kepada dunia maya dibandingkan dengan dunia sosial nyata.
Bukankah di media sosial berisi orang orang yang tidak seluruhnya dikenal. Disinilah
muncul pertanyaan bagaimana sosialisasi yang seharusnya dilakukan mengenai
penggunaan sosial media. Baik dari orang tua maupun lembaga pendidikan di luar
rumah serta orang orang di sekitarnya harus dapat membimbing para remaja ini
dalam berperilaku di dunia maya. Sungguh menyedihkan saat saya melihat status
para remaja yang dengan gamblangnya curhat tentang dirinya, temannya, bahkan
keluarganya. Seperti contohnya :
“Lagi sedih. Lagi sakit. Tapi gak ada yang peduli”
“Orangtua selalu ribut, nggak betah
dirumah”
Seperti
itulah, ini sungguh terjadi. Terkadang fenomena seperti itu sering disebut
“lebay” atau berlebihan oleh seseorang yang lebih memahami bagaimana seharusnya
bersikap. Mereka tidak paham bahwa tulisan-tulisan mereka itu akan dibaca oleh
masyarakat. Mereka yang membicarakan masalah keluarga dan teman-temannya
sungguh tidak mencerminkan sikap menghargai privasi keluarga dan
teman-temannya. Mungkin menurut remaja yang menjadikan media sosial sebagai
pelampiasan emosinya itu dikarenakan dia kurang kasih sayang dan perhatian dari
keluarganya sehingga tidak ada tempat untuk melampiaskan dan berbagi
perasaannya kepada orang terdekatnya sehingga dia lebih nyaman untuk menuliskan
isi hatinya. Disinilah dapat terlihat mengenai teori penyebab penyimpangan
sosial yakni sosialisasi yang tidak sempurna. Orang tua tidak berperan secara
optimal dalam mendidik dan mengayomi sang anak. Sosialisasi tentang nilai norma
kurang tersampaikan sehingga anak tidak bisa memahami secara baik apa yang
harus dilakukannya.
Karena dia tidak
mendapatkan respon isi hatinya dari orang-orang sekitarnya ketika dia
menuliskan uneg–unegnya kepada dunia maya. Mereka melakukan penyimpangan karena
faktor “ingin diperhatikan”. Melalui statusnya, Mereka akan
langsung mendapatkan respon bahkan dari orang yang tidak dia kenal sekalipun sehingga
dia merasa diperhatikan padahal itu justru membahayakan untuk keselamatannya
karena dengan menuliskan masalahnya pada jejaring sosial akan memberi peluang
kepada orang asing untuk memasuki kehidupannya bahkan orang yg mempunyai niat
jelek kapada dirinya. Masalah tidak kemudian akan selesai namun akan
memunculkan berbagai masalah lain. Sebenarnya semua masalah bisa dicurhatkan
atau disampaikan kepada orangtua, sahabat, dan teman-teman di dunia nyata di
sekeliling mereka. Disinilah terlihat bahwa penting sekali orang tua memberi
pengarahan dan perhatian bagi anak-anaknya sehingga sang anak merasa paham,
nyaman, dan tidak harus mengumbar di sosial media. Peran temen-teman dan
sahabat juga sangat diperlukan. Penting bagi remaja memiliki teman-teman dan
sahabat yang bersedia untuk saling memberi dan berbagi.
Sikap yang perlu ditanamkan yaitu
selalu berhati-hati dalam bermain di dunia maya. Kita harus dapat memilih mana
yang baik dan yang buruk. Media sosial akan berrmanfaat jika digunakan untuk
saling berbagi, bertukar informasi, berkomunikasi dengan baik, bekerjasama, dan
sebagainya, bukan media untuk mengumbar hal pribadi yang tidak pantas untuk dilakukan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar