Senin, 12 Januari 2015

URGENSI PENDIDIKAN KARAKTER SEBAGAI UPAYA PERBAIKAN MASALAH MORALITAS BANGSA INDONESIA



URGENSI PENDIDIKAN KARAKTER SEBAGAI UPAYA PERBAIKAN MASALAH MORALITAS BANGSA INDONESIA

KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat dan atas segala limpahan rahmat, taufik, serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah sesuai waktu yang telah direncanakan.
Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada baginda Nabi Besar Muhammad SAW beserta seluruh keluarga dan sahabatnya.
Penyusunan makalah ini merupakan tugas matakuliah Dasar-Dasar Ilmu Sosial di semester 1 tahun akademik 2014/2015.
Dalam penulisan makalah ini, tentunya banyak pihak yang telah memberikan bantuan baik moril maupun materil. Oleh karena itu penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih yang tiada hingganya kepada:
1.        Ibu Puji Lestari selaku dosen pembimbing matakuliah ini.
2.        Terimakasih kami ucapkan kepada Bapak dan Ibu tercinta yang telah memberikan dorongan dan semangat dalam penyusunan makalah ini.
3.        Ucapan terima kasih kepada semua sahabat yang telah banyak memberikan bantuan, dorongan serta motivasi sehingga makalah  ini dapat terselesasikan tepat pada waktunya.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan, maka saran dan kritik yang konstruktif dari semua pihak sangat diharapkan demi penyempurnaan selanjutnya.

Yogyakarta, 26 September 2014





DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................ ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................... 1
A.  Latar Belakang............................................................................................... 1
B.  Rumusan Masalah........................................................................................... 1
C.  Tujuan............................................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................ 2
A.  Keadaan Moral Bangsa Indonesia.................................................................. 2
B.  Faktor Penyebab Masalah Moral di Indonesia............................................... 3
C.  Upaya Perbaikan Melalui Pendidikan Karakter............................................. 4
BAB III PENUTUP................................................................................................ 9
A.  Simpulan......................................................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 10









BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
Negara Indonesia sedang mengalami ancaman yang sangat mengkhawatirkan. Tidak jarang kita baca, dengar, atau lihat dalam beberapa media cetak dan elektronik akan tindak kriminal semakin merajalela. Kemudian, diantara sekian banyak indikator akan rusaknya moral generasi suatu bangsa adalah semakin legalnya tempat-tempat hiburan malam yang menjerumuskan anak bangsa ke jurang hitam. Namun itulah fenomena sosial yang harus kita hadapi di era yang semakin bebas dan arus yang semakin global ini. Dari sekian permasalahan yang melanda dan membombardir di negara kita, maka ada banyak upaya-upaya yang dilakukan oleh pemerintah untuk mengatasi permasalahan tersebut, diantaranya adalah dengan pendidikan karakter yang dituangkan kedalam lembaga pendidikan. Oleh sebab itu, kami akan membahas lebih lanjut tentang urgensi pendidikan karakter sebagai upaya perbaikan masalah moralitas bangsa Indonesia.

B.       Rumusan Masalah
1.    Bagaimana keadaan moral bangsa Indonesia saat ini?
2.    Apa yang menjadi faktor penyebab bergesernya moral bangsa Indonesia?
3.    Apa urgensi pendidikan karakter sebagai upaya perbaikan masalah moral bangsa Indonesia.

C.      Tujuan
1.    Untuk mengetahui keadaan moral bangsa Indonesia saat ini.
2.    Untuk mengetahui apa faktor penyebab bergesernya moral bangsa Indonesia.
3.    Untuk mengetahui urgensi pendidikan karakter sebagai upaya perbaikan masalah moral bangsa Indonesia.


BAB II
PEMBAHASAN

A.    Keadaan Moral Bangsa Indonesia
Cukup miris ketika kita memperoleh informasi dari media massa tentang fenomena yang terjadi pada remaja sekarang ini. Setidaknya perubahan-perubahan yang terjadi juga merambah pada dunia mereka dan sangat disayangkan banyak di antara mereka yang tidak mampu menjangkau dan tidak dapat memprediksi perkembangan tersebut sehingga melahirkan diskontinuitas perkembangan seperti terjadinya penyimpangan-pernyimpangan perilaku. Tawuran antar pelajar, pelanggaran tata tertib berkendaraan, penyalahgunaan obat-obatan terlarang, seks bebas, maupun pelanggaran-pelanggaran disiplin di sekolah seolah-olah telah menjadi hal yang biasa. Hampir setiap hari mungkin dijumpai siswa yang tawuran, bahkan mereka sudah tidak memainkan fungsi logika dan perasaan.
Hal-hal yang dahulu di anggap tabu dan masih terbatas pada kalangan tertentu, kini seakan sudah menjadi konsumsi publik yang dapat diakses di mana saja. Sebagai contoh konkrit adalah merebaknya situs-situs berbau pornografi dapat dengan mudah dikonsumsi oleh para pengguna internet. Memang di satu sisi tidak bisa dipungkiri, bahwa internet memberikan kontribusi besar dalam perkembangan moral dan intelektual. Akan tetapi dalam waktu yang sama, internet juga dapat menghancurkan moral, intelektual dan mental generasi sebuah negara. Berdasarkan penelitian tim KPJ (Klinik Pasutri Jakarta) saja, hampir 100 persen remaja anak SMA, sudah melihat media-media porno, baik itu dari situs internet, VCD, atau buku-buku porno lainnya, (Harian Pikiran Rakyat, minggu 06 juni 2004).
Anehnya, terhadap berbagai bentuk penyimpangan seperti itu sebagian masyarakat menyikapinya biasa-biasa saja (Kompas, 17/6/2011). Sanki sosial tak berlaku lagi dan sebagian masyarakat membiarkan,  bahkan apatis ketika penyimpangan yang sistematis di berbagai lini kehidupan hukum, pemerintahan, maupun pendidikan itu sendiri. Lebih tragis lagi, beberapa waktu terakhir ini  ada gejala sangat aneh bahwa petugas keamanan seperti polisi justru menjadi sasaran kekerasan, bahkan pembunuhan, para petugas hukum malah yang paling banyak melanggar hukum, hakim yang tugasnya menjadi benteng penegak keadilan justru mempertontonkan praktik ketidakadilan, kampus sebagai tempat para intelektual yang seharusnya menjunjung nilai-nilai kemanusiaan yang tinggi dan menjauhi anarkisme juga tak luput dari aksi anarkis seperti  perusakan  laboratorium, ruang kuliah, perkantoran, intelektual yang mestinya mengedepankan argumentasi dengan nalar logis dalam menyelesaikan persoalan seolah melupakan etika akademik yang menjadi bagian kehidupannya. Semua menjadi tontonan gratis yang memilukan.
Masih banyak fenomena atau kasus-kasus yang menunjukan bahwa moral bangsa ini sedang mengalami kegoyahan, bahkan setiap haripun kita dapat mendapatkan beritanya di televisi, media cetak, dan masih banyak lagi.

B.     Faktor Penyebab Bergesernya Nilai dan Moral Bangsa Indonesia
Ada beberapa hal yang melatarbelakangi kemerosotan moral bangsa Indonesia, yaitu:
1.  Westernisasi
Masuknya budaya barat bisa dikatakan sebagai penyebab turunnnya moral bangsa Indonesia saat ini. Sebenarnya budaya tersebut tidaklah salah, yang salah adalah individu yang tidak mampu menyaring hal-hal yang baik untuk dirinya. Ketika masyarakat tidak memiliki patokan/pedoman nilai-nilai yang kuat maka ia bisa mengikuti arus perubahan  tersebut, dalam artian ia tidak mampu melakukan filterisasi terhadap mana yang baik dan mana yang buruk.
2.  Globalisasi dan modernisasi
Globalisasi dan modernisasi mengakibatkan perubahan sosial yang begitu cepat dan memengaruhi gaya hidup masyarakat. Banyak hal yang bisa kita lihat di sekeliling kita bagaimana perubahan itu bisa terjadi. Contohnya saja nilai-nilai religius dan sosial kemasyarakatan yang sangat dijunjung masyarakat telah berubah menjadi corak masyarakat yang mengesampingkan moral serta etika dalam mencapai tujuan yang diinginkan. Corak hidup kebersamaan, gotong royong telah berubah menjadi corak masyarakat yang individualis. Perubahan-perubahan yang terjadi tersebut sangat menuntut kesiapan dari anggota masyarakat.
3.  Lemahnya mental generasi bangsa
Penurunan kualitas moral dari generasi bangsa juga dapat  disebabkan karena lemahnya mental dari generasi bangsa yang terbentuk sejak dini, sehingga membentuk karakter yang kurang baik. Karakter tersebut akan menjadi watak perilaku seseorang dalam menjalani kehidupan sosialnya.
4.  Kurangnya materi aplikasi tentang budi pekerti
Kurangnya materi pengapliasian dari budi pekerti adalah salah satu penyebab turunnya moral bangsa kita, selain itu kurangnya perhatian dari guru sebagai pendidik dalam hal pembentukan karakter peserta didik mengakibatkan peserta didik lebih banyak terfokus pada aspek kognitif dan kurang memperhatikan aspek afektif dalam pembelajaran. Hasilnya adalah peserta didik pintar dalam hal pelajaran tertentu, namun mempunyai akhlak/moral yang kurang bagus. Banyak di antara peserta didik yang pintar jika mengerjakan soal pelajaran, namun tidak hormat terhadap gurunya, suka mengganggu orang lain, tidak mempunyai sifat jujur, malas, dan sifat-sifat buruk lainnya.


C.    Pendidikan Karakter
1.  Pengertian Pendidikan Karakter
Karakter adalah, (1) ciri khas yang dimiliki oleh individu atau seseorang, (2) Menurut KBBI, karakter adalah sifat-sifat kejiwaan, tabiat, watak, akhlak, atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan yang lain, (3) Secara psikologis, karakter adalah kepribadian yang ditinjau dari titik tolak etis atau moral, misalnya kejujuran, dan biasanya berkaitan dengan sifat-sifat yang relative tetap. Jadi, karakter merupakan kualitas atau kekuatan mental atau moral, akhlak atau budi pekerti individu yang merupakan kepribadian khusus yang menjadi pendorong dan pengerak, serta membedakannya dengan individu lain.
Pendidikan karakter adalah pendidikan budi pekerti plus, yaitu yang melibatkan aspek pengetahuan (cognitive), perasaan (feeling), dan tindakan (action). Menurut Thomas Lickona, tanpa ketiga aspek ini, maka pendidikan karakter tidak akan efektif. Dengan pendidikan karakter yang diterapkan secara sistematis dan berkelanjutan, seorang anak akan menjadi cerdas emosinya. Kecerdasan emosi ini adalah bekal penting dalam mempersiapkan anak menyongsong masa depan, karena seseorang akan lebih mudah dan berhasil menghadapi segala macam tantangan kehidupan, termasuk tantangan untuk berhasil secara akademis. Terdapat sembilan pilar karakter yang berasal dari nilai-nilai luhur universal, yaitu (1) karakter cinta Tuhan dan segenap ciptaan-Nya,  (2) kemandirian dan tanggungjawab, (3) kejujuran/amanah, diplomatis,  (4) hormat dan santun (5) dermawan, suka tolong-menolong dan gotong royong/kerjasama, (6) percaya diri dan pekerja keras, (7) kepemimpinan dan keadilan, (8) baik dan rendah hati, (9) karakter toleransi, kedamaian, dan kesatuan.

2.  Urgensi Pendidikan Karakter
Pendidikan karakter penting bagi pendidikan di Indonesia, karena pendidikan karakter akan menjadi basic atau dasar dalam pembentukan karakter berkualitas bangsa, yang tidak mengabaikan nilai-nilai sosial seperti toleransi, kebersamaan, kegotongroyongan, saling membantu dan mengormati dan sebagainya. Pendidikan karakter akan melahirkan pribadi unggul yang tidak hanya memiliki kemampuan kognitif saja namun memiliki karakter yang mampu mewujudkan kesuksesan. Ada sebuah kata bijak mengatakan “ ilmu tanpa agama buta, dan agama tanpa ilmu adalah lumpuh”. Sama juga artinya bahwa pendidikan kognitif tanpa pendidikan karakter adalah buta. Hasilnya, karena buta tidak bisa berjalan, berjalan pun dengan asal nabrak. Kalaupun berjalan dengan menggunakan tongkat tetap akan berjalan dengan lambat. Sebaliknya, pengetahuan karakter tanpa pengetahuan kognitif, maka akan lumpuh sehingga mudah disetir, dimanfaatkan dan dikendalikan orang lain.
Pembentukan remaja yang berkualitas tentunya dapat di bangun dengan pendidikan karakter. Pendidikan karakter akan mengubah cara pandang seseorang sehingga masyarakat akan sulit untuk menerima hal-hal lain yang menyimpang. Penanaman pendidikan karakter sejak dini akan melindungi seseorang dari perilaku-perilaku yang tidak sesuai dengan norma-norma agama dan sosial. Sebaliknya, jika penanaman pendidikan karakter tidak dimulai sejak dini, maka akan sulit untuk mengubah perilaku dan melindungi pribadi tersebut dari hal-hal yang menyimpang. Pribadi tersebut akan mudah terpengaruh dan tidak dapat melakukan filterisasi terhadap hal-hal yang akan masuk ke dalam dirinya. Alhasil, banyak benih-benih koruptor yang tumbuh subur di negeri ini. Watak-watak seperti itu hanya mementingkan kepentingan pribadi serta terkesan mengesampingkan kepentingan bersama.
Untuk menerapkan pendidikan karakter tidak bisa dilakukan oleh satu pihak saja, namun semua pihak harus berkontribusi terhadap penanaman pendidikan karakter. Ketika lingkungan sekolah selalu menanamkan pendidikan karakter, maka dalam lingkungan masyarakat juga harus mendukung penanaman tersebut yaitu dengan berusaha selalu menampakan hal-hal positif pada seorang anak. Para pemegang kebijakan juga harus berperan penting dalam hal ini. Misalnya dengan memperketat izin tayangan televisi, pengawasan terhadap media massa, serta memfasilitasi semua hal yang menyangkut penanaman pendidikan karakter. Oleh karena itu, untuk membentuk pribadi yang unggul dan berkarakter harus ada koordinasi yang erat antara keluarga, sekolah, masyarakat dan pemerintah.
Perlu diingat bahwa untuk mengubah atau membentuk pribadi yang unggul dan berkarakter tidak dapat dicapai secara instan, tetapi memerlukan proses yang panjang. Penanaman nilai-nilai tersebut harus dilakukan secara berkesinambungan. Jika penanaman pendidikan karakter tersebut telah berhasil, maka kelak merekalah yang akan menjadi pemimpin dan membangun negeri ini menjadi negeri yang ditumbuhi oleh benih-benih generasi penerus yang berkualitas dan berkarakter.
Untuk menerapkan pendidikan karakter tentunya tidak bisa dilakukan hanya oleh 1 pihak saja. Ketika guru membentuk karakter pada diri anak, sedangkan di lingkungan masyarakat ia melihat banyak nilai-nilai yang dilanggar, maka hanya ada dua kemungkinan, ia tetap berpegang teguh pada nilai-nilai yang telah dipelajari di sekolah, atau ia menanggalkan nilai-nilai tersebut dan mengikuti pelanggaran nilai-nilai yang terjadi di masyarakat. Oleh sebab itu untuk membentuk pribadi yang unggul dan berkarakter diperlukan kerja sama dan koordinasi antara sekolah, keluarga, dan anggota masyarakat. Sebagai lingkungan pertama bagi anak, keluargalah yang memainkan peranan pertama. Di rumah orang tua hendakya memberikan pendidikan moral dan karakter pada anak. Ajarkan nilai-nilai kepada anak. Orang tua bisa menggunakan pendekatan-pendekatan khusus yang diwarnai dengan kelembutan dan kasih sayang. Ketika mengajar anak dengan kekerasan secara tidak langsung kita mengajarkan perilaku kekerasan pada anak yang tentu saja sangat jauh dari nilai-nilai karakter. Ketika di sekolah juga dapat dilakukan pendidikan karakter baik secara langsung dan tidak langsung. Contohnya mengajarkan cerita dan puisi yang di dalamnya memuat karakterisitk moral, kemudian diskusikan dengan anak tentang nilai-nilai karakter yang melekat pada diri tokoh dan pesan moral apa yang bisa diambil. Tentunya banyak sekali bahan-bahan yang bisa digunakan dalam pendidikan karakter. Secara tidak langsung bisa diberikan melalui bentuk perilaku yang dicontohkan oleh pendidik, misalnya mengucapkan salam, pendidik menganjurkan siswa untuk antri ketika ingin pulang, dan lain sebagainya. Begitu juga di masyarakat. Harus ada kesadaran bagi masing-masing anggota masyarakat untuk menanamkan nilai-nilai karakter pada remaja. Pendidikan adalah tanggung jawab kita bersama, kesuksesan suatu negara juga tidak terlepas dari peran anggota masyarakatnya. Bersama-sama menghindari sifat individualistik dengan menjadi manusia yang peka, ketika melihat sesuatu itu salah maka ingatkan dan ajarkan agar menjadi benar, dan ketika melihat sesuatu yang dikerjakan itu benar maka berikan penguatan agar perilaku tersebut menjadi relatif menetap.





















BAB III
PENUTUP

A.    Simpulan
Pendidikan karakter penting bagi pendidikan di Indonesia. Pendidikan karakter akan menjadi basic atau dasar dalam pembentukan karakter berkualitas bangsa, yang tidak mengabaikan nilai-nilai sosial seperti toleransi, kebersamaan, gotong royong, saling membantu, dan menghormati, dsb.
Pendidikan karakter akan melahirkan pribadi unggul yang tidak hanya memiliki kemampuan kognitif saja namun memiliki karakter yang mampu mewujudkan kesuksesan. Ada sebuah kata bijak mengatakan “ ilmu tanpa agama buta, dan agama tanpa ilmu adalah lumpuh”. Sama juga artinya bahwa pendidikan kognitif tanpa pendidikan karakter adalah buta. Hasilnya, karena buta tidak bisa berjalan, berjalan pun dengan asal nabrak. Kalaupun berjalan dengan menggunakan tongkat tetap akan berjalan dengan lambat. Sebaliknya, pengetahuan karakter tanpa pengetahuan kognitif, maka akan lumpuh sehingga mudah disetir, dimanfaatkan dan dikendalikan orang lain.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar