URGENSI PENDIDIKAN KARAKTER SEBAGAI UPAYA PERBAIKAN MASALAH MORALITAS BANGSA INDONESIA
KATA
PENGANTAR
Puji
syukur kehadirat Allah SWT Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat dan atas
segala limpahan rahmat, taufik, serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah sesuai waktu yang telah direncanakan.
Shalawat serta salam
semoga senantiasa tercurahkan kepada baginda Nabi Besar Muhammad SAW beserta
seluruh keluarga dan sahabatnya.
Penyusunan makalah
ini merupakan tugas matakuliah Dasar-Dasar Ilmu Sosial di semester 1 tahun akademik 2014/2015.
Dalam
penulisan makalah ini, tentunya banyak pihak yang telah memberikan
bantuan baik moril maupun materil. Oleh karena itu penulis ingin menyampaikan
ucapan terimakasih yang tiada hingganya kepada:
1.
Ibu
Puji Lestari selaku
dosen pembimbing matakuliah ini.
2.
Terimakasih kami ucapkan kepada Bapak
dan Ibu tercinta yang telah memberikan dorongan dan semangat dalam penyusunan
makalah ini.
3.
Ucapan terima kasih kepada semua sahabat
yang telah banyak memberikan bantuan, dorongan
serta motivasi sehingga
makalah ini dapat terselesasikan tepat pada
waktunya.
Penulis
menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan, maka saran
dan kritik yang
konstruktif dari semua pihak sangat diharapkan demi penyempurnaan selanjutnya.
Yogyakarta, 26 September 2014
DAFTAR
ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................ ii
DAFTAR
ISI.......................................................................................................... iii
BAB
I PENDAHULUAN...................................................................................... 1
A.
Latar Belakang............................................................................................... 1
B.
Rumusan
Masalah........................................................................................... 1
C.
Tujuan............................................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................ 2
A. Keadaan Moral Bangsa Indonesia.................................................................. 2
B. Faktor Penyebab Masalah Moral di Indonesia............................................... 3
C. Upaya Perbaikan Melalui Pendidikan Karakter............................................. 4
BAB III PENUTUP................................................................................................ 9
A. Simpulan......................................................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 10
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Negara Indonesia sedang mengalami ancaman yang
sangat mengkhawatirkan. Tidak jarang kita baca, dengar, atau lihat dalam
beberapa media cetak dan elektronik akan tindak kriminal semakin merajalela. Kemudian,
diantara sekian banyak indikator akan rusaknya moral generasi suatu bangsa
adalah semakin legalnya tempat-tempat hiburan malam yang menjerumuskan anak
bangsa ke jurang hitam. Namun itulah fenomena sosial yang harus kita hadapi di
era yang semakin bebas dan arus yang semakin global ini. Dari sekian
permasalahan yang melanda dan membombardir di negara kita, maka ada banyak
upaya-upaya yang dilakukan oleh pemerintah untuk mengatasi permasalahan
tersebut, diantaranya adalah dengan pendidikan karakter yang dituangkan kedalam
lembaga pendidikan. Oleh sebab itu, kami akan membahas lebih lanjut tentang
urgensi pendidikan karakter sebagai
upaya perbaikan masalah moralitas bangsa Indonesia.
B.
Rumusan Masalah
1.
Bagaimana
keadaan moral bangsa Indonesia saat ini?
2.
Apa
yang menjadi faktor penyebab bergesernya moral bangsa Indonesia?
3.
Apa
urgensi pendidikan karakter sebagai upaya perbaikan masalah moral bangsa
Indonesia.
C.
Tujuan
1.
Untuk
mengetahui keadaan moral bangsa Indonesia saat ini.
2.
Untuk
mengetahui apa faktor penyebab bergesernya moral bangsa Indonesia.
3.
Untuk
mengetahui urgensi pendidikan karakter sebagai upaya perbaikan masalah moral
bangsa Indonesia.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Keadaan Moral Bangsa Indonesia
Cukup miris ketika kita memperoleh informasi dari media massa tentang fenomena
yang terjadi pada remaja sekarang ini. Setidaknya perubahan-perubahan yang
terjadi juga merambah pada dunia mereka dan sangat disayangkan banyak di antara
mereka yang tidak mampu menjangkau dan tidak dapat memprediksi perkembangan
tersebut sehingga melahirkan diskontinuitas perkembangan seperti terjadinya
penyimpangan-pernyimpangan perilaku. Tawuran antar pelajar, pelanggaran tata
tertib berkendaraan, penyalahgunaan obat-obatan terlarang, seks bebas, maupun
pelanggaran-pelanggaran disiplin di sekolah seolah-olah telah menjadi hal yang
biasa. Hampir setiap hari mungkin dijumpai siswa yang tawuran, bahkan mereka
sudah tidak memainkan fungsi logika dan perasaan.
Hal-hal yang dahulu di anggap tabu dan masih
terbatas pada kalangan tertentu, kini seakan sudah menjadi konsumsi publik yang
dapat diakses di mana saja. Sebagai contoh konkrit adalah merebaknya
situs-situs berbau pornografi dapat dengan mudah dikonsumsi oleh para pengguna
internet. Memang di satu sisi tidak bisa dipungkiri, bahwa internet memberikan kontribusi besar dalam
perkembangan moral dan intelektual. Akan tetapi dalam waktu yang sama, internet
juga dapat menghancurkan moral, intelektual dan mental generasi sebuah negara. Berdasarkan penelitian tim KPJ (Klinik Pasutri
Jakarta) saja, hampir 100 persen remaja anak SMA, sudah melihat media-media
porno, baik itu dari situs internet, VCD, atau buku-buku porno lainnya, (Harian
Pikiran Rakyat, minggu 06 juni 2004).
Anehnya,
terhadap berbagai bentuk penyimpangan seperti itu sebagian masyarakat
menyikapinya biasa-biasa saja (Kompas, 17/6/2011). Sanki sosial tak berlaku
lagi dan sebagian masyarakat membiarkan, bahkan apatis ketika
penyimpangan yang sistematis di berbagai lini kehidupan hukum, pemerintahan,
maupun pendidikan itu sendiri. Lebih tragis lagi, beberapa waktu terakhir
ini ada gejala sangat aneh bahwa petugas keamanan seperti polisi justru
menjadi sasaran kekerasan, bahkan pembunuhan, para petugas hukum malah yang
paling banyak melanggar hukum, hakim yang tugasnya menjadi benteng penegak
keadilan justru mempertontonkan praktik ketidakadilan, kampus sebagai tempat
para intelektual yang seharusnya menjunjung nilai-nilai kemanusiaan yang tinggi
dan menjauhi anarkisme juga tak luput dari aksi anarkis seperti
perusakan laboratorium, ruang kuliah, perkantoran, intelektual yang
mestinya mengedepankan argumentasi dengan nalar logis dalam menyelesaikan
persoalan seolah melupakan etika akademik yang menjadi bagian kehidupannya.
Semua menjadi tontonan gratis yang memilukan.
Masih banyak fenomena atau kasus-kasus yang menunjukan
bahwa moral bangsa ini sedang mengalami kegoyahan, bahkan setiap haripun kita
dapat mendapatkan beritanya di televisi, media cetak, dan masih banyak lagi.
B.
Faktor Penyebab Bergesernya Nilai dan Moral Bangsa
Indonesia
Ada
beberapa hal yang melatarbelakangi kemerosotan moral bangsa Indonesia, yaitu:
1.
Westernisasi
Masuknya
budaya barat bisa dikatakan sebagai penyebab turunnnya moral bangsa Indonesia saat
ini. Sebenarnya budaya tersebut tidaklah salah, yang salah adalah individu yang
tidak mampu menyaring hal-hal yang baik untuk dirinya. Ketika
masyarakat tidak memiliki patokan/pedoman nilai-nilai yang kuat maka ia bisa mengikuti arus perubahan tersebut, dalam artian ia tidak mampu
melakukan filterisasi terhadap mana yang baik dan mana yang buruk.
2.
Globalisasi
dan modernisasi
Globalisasi dan modernisasi mengakibatkan perubahan
sosial yang begitu cepat dan
memengaruhi
gaya hidup masyarakat. Banyak hal yang bisa kita lihat di sekeliling kita
bagaimana perubahan itu bisa terjadi. Contohnya saja nilai-nilai religius dan
sosial kemasyarakatan yang sangat dijunjung masyarakat telah berubah menjadi
corak masyarakat yang mengesampingkan moral serta etika dalam mencapai tujuan
yang diinginkan. Corak hidup kebersamaan, gotong royong telah berubah menjadi
corak masyarakat yang individualis. Perubahan-perubahan yang terjadi tersebut
sangat menuntut kesiapan dari anggota masyarakat.
3.
Lemahnya
mental generasi bangsa
Penurunan
kualitas moral dari generasi bangsa juga dapat disebabkan karena lemahnya
mental dari generasi bangsa yang terbentuk sejak dini, sehingga membentuk
karakter yang kurang baik. Karakter tersebut akan menjadi watak perilaku
seseorang dalam menjalani kehidupan
sosialnya.
4.
Kurangnya
materi aplikasi tentang budi pekerti
Kurangnya
materi pengapliasian dari budi pekerti adalah salah satu penyebab turunnya
moral bangsa kita, selain itu
kurangnya perhatian dari guru sebagai pendidik dalam hal pembentukan karakter
peserta didik mengakibatkan peserta
didik lebih banyak terfokus pada aspek kognitif dan kurang memperhatikan aspek
afektif dalam pembelajaran. Hasilnya adalah peserta didik pintar dalam hal
pelajaran tertentu, namun mempunyai akhlak/moral yang kurang bagus. Banyak di
antara peserta didik yang pintar jika mengerjakan soal pelajaran, namun tidak
hormat terhadap gurunya, suka mengganggu orang lain, tidak mempunyai sifat
jujur, malas, dan sifat-sifat buruk lainnya.
C.
Pendidikan Karakter
1. Pengertian Pendidikan Karakter
Karakter adalah, (1) ciri khas yang dimiliki oleh
individu atau seseorang, (2) Menurut KBBI, karakter adalah sifat-sifat
kejiwaan, tabiat, watak, akhlak, atau budi pekerti yang membedakan seseorang
dengan yang lain, (3) Secara psikologis, karakter adalah kepribadian yang
ditinjau dari titik tolak etis atau moral, misalnya kejujuran, dan biasanya
berkaitan dengan sifat-sifat yang relative tetap. Jadi, karakter merupakan
kualitas atau kekuatan mental atau moral, akhlak atau budi pekerti individu
yang merupakan kepribadian khusus yang menjadi pendorong dan pengerak, serta
membedakannya dengan individu lain.
Pendidikan
karakter adalah pendidikan budi pekerti plus, yaitu yang melibatkan aspek
pengetahuan (cognitive), perasaan (feeling), dan tindakan (action). Menurut
Thomas Lickona, tanpa ketiga aspek ini, maka pendidikan karakter tidak akan
efektif. Dengan pendidikan karakter yang
diterapkan secara sistematis dan berkelanjutan, seorang anak akan menjadi
cerdas emosinya. Kecerdasan emosi ini adalah bekal penting dalam mempersiapkan
anak menyongsong masa depan, karena seseorang akan lebih mudah dan berhasil
menghadapi segala macam tantangan kehidupan, termasuk tantangan untuk berhasil
secara akademis. Terdapat
sembilan pilar karakter yang berasal dari nilai-nilai luhur universal, yaitu (1) karakter cinta Tuhan dan segenap
ciptaan-Nya, (2)
kemandirian
dan tanggungjawab,
(3) kejujuran/amanah,
diplomatis, (4)
hormat
dan santun (5) dermawan,
suka tolong-menolong dan gotong royong/kerjasama, (6) percaya diri dan pekerja keras, (7) kepemimpinan dan keadilan, (8) baik dan rendah hati, (9) karakter toleransi, kedamaian, dan
kesatuan.
2. Urgensi Pendidikan Karakter
Pendidikan karakter penting bagi pendidikan di Indonesia, karena pendidikan
karakter akan menjadi basic atau dasar dalam pembentukan
karakter berkualitas bangsa, yang tidak mengabaikan nilai-nilai sosial
seperti toleransi, kebersamaan, kegotongroyongan, saling membantu dan
mengormati dan sebagainya. Pendidikan
karakter akan melahirkan pribadi unggul yang tidak hanya memiliki
kemampuan kognitif saja namun memiliki karakter yang mampu mewujudkan kesuksesan. Ada sebuah kata bijak mengatakan “
ilmu tanpa agama buta, dan agama tanpa ilmu adalah lumpuh”. Sama juga artinya
bahwa pendidikan kognitif tanpa pendidikan karakter adalah
buta. Hasilnya, karena buta tidak bisa berjalan, berjalan pun dengan asal
nabrak. Kalaupun berjalan dengan menggunakan tongkat tetap akan berjalan dengan
lambat. Sebaliknya, pengetahuan karakter tanpa pengetahuan kognitif, maka
akan lumpuh sehingga mudah disetir, dimanfaatkan dan dikendalikan orang lain.
Pembentukan remaja yang berkualitas tentunya dapat di bangun dengan
pendidikan karakter. Pendidikan karakter akan mengubah cara pandang seseorang
sehingga masyarakat akan sulit untuk menerima hal-hal lain yang menyimpang.
Penanaman pendidikan karakter sejak dini akan melindungi seseorang dari
perilaku-perilaku yang tidak sesuai dengan norma-norma agama dan sosial.
Sebaliknya, jika penanaman pendidikan karakter tidak dimulai sejak dini, maka
akan sulit untuk mengubah perilaku dan melindungi pribadi tersebut dari hal-hal
yang menyimpang. Pribadi tersebut akan mudah terpengaruh dan tidak dapat
melakukan filterisasi terhadap hal-hal yang akan masuk ke dalam dirinya.
Alhasil, banyak benih-benih koruptor yang tumbuh subur di negeri ini.
Watak-watak seperti itu hanya mementingkan kepentingan pribadi serta terkesan
mengesampingkan kepentingan bersama.
Untuk menerapkan pendidikan karakter tidak bisa dilakukan oleh satu
pihak saja, namun semua pihak harus berkontribusi terhadap penanaman pendidikan
karakter. Ketika lingkungan sekolah selalu menanamkan pendidikan karakter, maka
dalam lingkungan masyarakat juga harus mendukung penanaman tersebut yaitu
dengan berusaha selalu menampakan hal-hal positif pada seorang anak. Para
pemegang kebijakan juga harus berperan penting dalam hal ini. Misalnya dengan
memperketat izin tayangan televisi, pengawasan terhadap media massa, serta
memfasilitasi semua hal yang menyangkut penanaman pendidikan karakter. Oleh
karena itu, untuk membentuk pribadi yang unggul dan berkarakter harus ada
koordinasi yang erat antara keluarga, sekolah, masyarakat dan pemerintah.
Perlu diingat bahwa untuk mengubah atau membentuk pribadi yang unggul
dan berkarakter tidak dapat dicapai secara instan, tetapi memerlukan proses
yang panjang. Penanaman nilai-nilai tersebut harus dilakukan secara
berkesinambungan. Jika penanaman pendidikan karakter tersebut telah berhasil,
maka kelak merekalah yang akan menjadi pemimpin dan membangun negeri ini
menjadi negeri yang ditumbuhi oleh benih-benih generasi penerus yang
berkualitas dan berkarakter.
Untuk menerapkan pendidikan
karakter tentunya tidak bisa dilakukan hanya oleh 1 pihak saja. Ketika guru
membentuk karakter pada diri anak, sedangkan di lingkungan masyarakat ia
melihat banyak nilai-nilai yang dilanggar, maka hanya ada dua kemungkinan, ia tetap
berpegang teguh pada nilai-nilai yang telah dipelajari di sekolah, atau ia
menanggalkan nilai-nilai tersebut dan mengikuti pelanggaran nilai-nilai yang
terjadi di masyarakat. Oleh sebab itu untuk membentuk pribadi yang unggul dan
berkarakter diperlukan kerja sama dan koordinasi antara sekolah, keluarga, dan
anggota masyarakat. Sebagai lingkungan pertama bagi anak, keluargalah yang
memainkan peranan pertama. Di rumah orang tua hendakya memberikan pendidikan
moral dan karakter pada anak. Ajarkan nilai-nilai kepada anak. Orang tua bisa
menggunakan pendekatan-pendekatan khusus yang diwarnai dengan kelembutan dan
kasih sayang. Ketika mengajar anak dengan kekerasan secara tidak langsung kita
mengajarkan perilaku kekerasan pada anak yang tentu saja sangat jauh dari
nilai-nilai karakter. Ketika di sekolah juga dapat dilakukan pendidikan
karakter baik secara langsung dan tidak langsung. Contohnya mengajarkan cerita
dan puisi yang di dalamnya memuat karakterisitk moral, kemudian diskusikan
dengan anak tentang nilai-nilai karakter yang melekat pada diri tokoh dan pesan
moral apa yang bisa diambil. Tentunya banyak sekali bahan-bahan yang bisa
digunakan dalam pendidikan karakter. Secara tidak langsung bisa diberikan
melalui bentuk perilaku yang dicontohkan oleh pendidik, misalnya mengucapkan
salam, pendidik menganjurkan siswa untuk antri ketika ingin pulang, dan lain
sebagainya. Begitu juga di masyarakat. Harus ada kesadaran bagi masing-masing
anggota masyarakat untuk menanamkan nilai-nilai karakter pada remaja. Pendidikan
adalah tanggung jawab kita bersama, kesuksesan suatu negara juga tidak terlepas
dari peran anggota masyarakatnya. Bersama-sama menghindari sifat
individualistik dengan menjadi manusia yang peka, ketika melihat sesuatu itu
salah maka ingatkan dan ajarkan agar menjadi benar, dan ketika melihat sesuatu
yang dikerjakan itu benar maka berikan penguatan agar perilaku tersebut menjadi
relatif menetap.
BAB III
PENUTUP
A.
Simpulan
Pendidikan karakter penting bagi pendidikan di Indonesia. Pendidikan karakter akan menjadi basic atau dasar dalam pembentukan karakter berkualitas bangsa, yang tidak
mengabaikan nilai-nilai sosial seperti toleransi, kebersamaan, gotong royong, saling
membantu, dan menghormati, dsb.
Pendidikan
karakter akan melahirkan pribadi unggul yang tidak
hanya memiliki kemampuan kognitif saja namun memiliki karakter yang mampu mewujudkan kesuksesan. Ada sebuah kata bijak mengatakan “
ilmu tanpa agama buta, dan agama tanpa ilmu adalah lumpuh”. Sama juga artinya
bahwa pendidikan kognitif tanpa pendidikan karakter adalah buta. Hasilnya, karena buta tidak
bisa berjalan, berjalan pun dengan asal nabrak. Kalaupun berjalan dengan
menggunakan tongkat tetap akan berjalan dengan lambat. Sebaliknya, pengetahuan karakter tanpa pengetahuan kognitif, maka
akan lumpuh sehingga mudah disetir, dimanfaatkan dan dikendalikan orang lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar